Minggu, 14 Juli 2013

We never know how the future looks like

Suatu hari ketika saya sedang makan siang di ruang makan. Saat saya sedang menyelesaikan makanan saya, saya punya sedikit perbincangan dengan kedua orang tua saya (Bapak dan Ibu) serta Om saya, tentang bidang studi yang saya ambil di Universitas Budi Luhur, Jurnalistik Penyiaran.

Mereka bertanya mengapa saya mengambil bidang ini .. saya pun menjawab, "Ini benar-benar pilihan saya sendiri. Saya ingin mengambil Broadcast Journalism (Jurnalistik Penyiaran) untuk studi saya" tetapi orang tua saya tidak terlalu setuju dengan pilihan saya untuk mengambil bidang Jurnalistik, melainkan ingin sekali saya mengambil bidang hukum atau bidang tekhnologi komputer.

Om saya ternyata menyetujui pendapat orang tua saya. "Benar, tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan di bidang tersebut" .. Dia menyebutkan salah satu teman yang ia kenal dalam dunia jurnalistik tetapi masih tidak memiliki karir yang baik di bidang tersebut.

Lalu saya mulai berpikir ... benar .. tidak apa-apa .. Tekad saya sudah kuat, saya ingin menjadi jurnalis sejak saya duduk di bangku kelas 2 SMA. Saya menikmati belajar Media Komunikasi, boleh atau tidak saya ingin mengambil bidang Jurnalistik. Saat itu pun saya menentang kedua orang tua saya, merasa bersalah memang, tapi saya rasa ini lebih baik daripada saya memaksakan mengambil bidang studi yang saya tidak inginkan, yang nantinya saya tidak serius untuk menjalaninya. Dan akhirnya dengan sangat terpaksa orang tua saya menyetujui untuk saya mengambil bidang Jurnalistik, mendengar itu tentu saya sangat senang, saya berjanji dalam hati saya untuk tidak mengecewakan kepercayaan yang telah kedua orang tua saya berikan dan membuktikannya kelak bahwa pilihan yang saya ambil ini tepat.

Tunggu ... apa yang saya lakukan sekarang adalah awal. Saya percaya semua yang terbaik akan datang dalam hidup saya suatu hari nanti, jika saya terus melakukan itu dan memperbaiki apa yang saya lakukan sekarang.

Saya harus berterima kasih untuk siapa saya sekarang, dan untuk apa yang saya lakukan sekarang.

                                                       
                               Terima kasih Tuhan

Kamis, 04 Juli 2013

Arti Kedewasaan

Dulu waktu saya masih menjalani pendidikan di sekolah, saya berpikir bahwa kelak ketika saya berada di bangku kuliah, saya akan disebut sebagai orang dewasa. Pikiranku kemudian berubah ketika saya melihat orang-orang di sekitar saya yang telah menyelesaikan pendidikannya, kemudian bekerja dan menikah, saya pun mengatakan orang-orang tersebut adalah orang dewasa.

Cukup sampai di situkah arti kedewasaan itu?  Sekarang saya duduk di bangku kuliah, pemahaman saya tentang arti kedewasaan pun berubah. Saya menyadari setiap hari saya berada dalam proses pembentukan menuju kedewasaan. Persoalan-persoalan yang terjadi mengajarkan saya tentang arti kedewasaan. Ternyata tidak semua dari orang-orang di sekitar saya yang dulu saya kira orang dewasa adalah ‘dewasa’. Banyak putus hubungan dan perceraian yang saya dengar.

Saya pikir dewasa itu selalu berkaitan dengan pilihan. Sebagaimana kehidupan, tak bisa dipungkiri selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Jadi menurut saya seseorang dikatakan dewasa apabila orang tersebut mampu mengambil keputusan untuk menentukan pilihannya dengan matang. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang dulu saya pikir dewasa dan beberapa telah mengakhiri hubungan atau bercerai sekarang. Bukankah itu artinya mereka telah gagal dalam mengambil keputusan dan dalam menentukan pilihan mereka? Beberapa dari mereka sekali lagi dihadapkan dengan pilihan baru dan keputusan untuk berpacaran dan menikah. Beberapa dari mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan kehidupan sendiri. Beberapa orang berkata, "Setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua". Memang benar, ada dari mereka berhasil di kesempatan kedua kali ini, namun ada juga yang mengalami kegagalan lagi. Untuk mereka yang sekali lagi gagal, apakah artinya mereka sebenarnya belum dewasa? Mungkin bukan… Hanya saja, kehidupan yang memang tak pernah lepas dari proses menuju kedewasaan.  Persoalan-persoalan yang terjadi dalam sebuah pernikahan atau hubungan adalah proses untuk menuju kedewasaan. Tidak semua orang bisa dengan cepat menjadi dewasa. Ada orang-orang yang harus melalui proses yang panjang, seperti orang-orang yang gagal dalam suatu hubungan atau pernikahan mereka terdahulu dan dalam hubungan atau pernikahan selanjutnya mereka akan menjadi bahagia karena mereka telah berhasil dibentuk menjadi seseorang yang benar-benar dewasa.

Hidup penuh dengan pilihan, karena itu  kata menyesal atau penyesalan harusnya tidak boleh ada. Untuk hal ini pemahaman saya tentang kedewasaan pun berkembang. Seseorang dikatakan dewasa apabila orang tersebut bisa menentukan pilihan serta bertanggung jawab akan keputusan yang diambilnya. Benar tidak ada yang sempurna di dunia ini. Maksud saya di sini bukan berarti seseorang dengan mudahnya boleh bercerai atau memutuskan suatu hubungan. Yang saya maksud adalah tanggung jawab mereka akan keputusan untuk memilih. Setiap orang dewasa pasti mengerti akan tanggung jawab mereka dan siap menerima resiko apapun atas keputusan yang mereka ambil. Karena itu seharusnya orang dewasa tidak mengenal kata menyesal. 

"You choose to leave or stay, you choose yes or no. There should be no regret in life because you choose what you want".